“Apakah yang sesungguhnya harus dipercaya di negeri ini. Ketika para pemimpin hanya memikirkan uang tanpa memiliki hati dan perasaan menelan apa saja. Memaki dan menghalalkan belbagai cara untuk menekan rakyatnya. Sementara wacana yang dihidangkan begitu indah, untuk kesejahteraan. Kesejahteraan seperti apa? Untuk rakyat. Rakyat yang wujudnya seperti apa yang diperjuangkan. Ketika peredaran uang begitu penuh misteri, selalu kurang...
...Rakyat bisa apa kalau seluruh kebijakan para pengambil kebijaksanaan itu bermata dua – siap menusuk rakyat sendiri. Padahal uang yang terkumpul juga milik rakyat. Hasil kerja keras, mana ada di bumi ini tanpa kerja duit bisa ngumpul?”
Begini salah satu sindiran favorit ku dalam karya Oka Rusmini terhadap negeri yang katanya berbudi pekerti luhur.
![]() |
Judul : Men Coblong
Penulis : Oka Rusmini
Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2019
Halaman : 214 Halaman
Review Buku Men Coblong Karya Oka Rusmini
Men Coblong salah satu dari deretan karya Oka Rusmini yang jadi favoritku. Buku ini yang dikategorikan sebagai fiksi ini nyatanya memuat sejumlah fakta naas fenomena sosial politik yang terjadi di Indonesia.
Sindiran dan kritiknya terhadap perihal yang terjadi di sekitar kita rasanya masih related hingga saat ini. Jangan heran ketika baca buku ini kamu jadinya makin muak hidup di negeri ini.
Bukan anti nasionalisme tetapi kebobrokan masyarakat hingga pemerintahnya terus terulang kembali tanpa ada solusi konkret. Bahkan sejak zaman bahela.
Alur Kisah
Buku Men Coblong karya Oka Rusmini bercerita tentang point of view dari sosok wanita Bali yang bernama Men Coblong. Walau di usianya yang tak muda lagi, ia kerap menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi di negeri tercintanya ini.
Katanya untuk mengikuti modernitas zaman. Bisa dibilang, ia kerap updated berita-berita terbaru tentang keriuhan persoalan negeri ini yang tak pernah ada habisnya.
Tak hanya updated soal peristiwa sekitarnya, dialog Men Coblong dengan sahabat serta anak lelakinya itu semakin menghidupkan nuansa buku fiksi ini. Salah satu peristiwa yang ditanggapi Men Coblong persoalan kebijakan pendidikan yang terus berganti tapi nggak ada perubahan yang berarti.
Setiap ganti Menteri, ganti pula kebijakannya yang ujungnya merepotkan siswa sekaligus orang tua murid. Belum lagi perihal pajak, bantuan langsung tunai, masalah BPJS, subsidi bensi, perkara air bersih, pangan, nelayan, dan berbagai aspek kebijakan-kebijakan yang secara konseptual begitu indah tetapi pelaksanaannya nol besar.
Dari sekian banyak kritikan dan sindiran Men Coblong perihal peristiwa di negeri ini, yang menggelitik hatiku ketika menelusup dalam sub bab “Koplak” – Bagaimana tidak, barang peninggalan sejarah seperti artefak pun tak lepas dari mafia-mafia nakal bahkan sampai merenggut nyawa seorang ahli purbakala andal bernama Lambang Babar Purnomo yang tewas di selokan di pinggir Jalan Lingkar Utara, Pandega Padma, Sleman, Yogyakarta pada 9 Februari 2008 lalu. Diduga ia meninggal akibat kecelakaan tunggal.
Sosok Lambang tak hanya meneliti soal barang purbakala, tetapi ia juga menyelidiki dan melaporkan kasus-kasus pencurian benda-benda cagar budaya termasuk kasus pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Solo. Tentu hasilnya bisa ditebak, kasusnya tidak ada kelanjutan.
Nggak cuma itu, berbagai satire yang disajikan Oka Rusmini terus mengalir hingga kamu nggak bakal bosan. Gimana mau bosan, isinya bikin hati cenat-cenut saking gemesnya dengan kondisi Indonesia yang nggak pernah berubah sejak dahulu.
Para pejabat, penegak hukum, bahkan pemerintah yang katanya pro rakyat justru kerap membuat rakyat menderita. Mahluk yang dinamakan 'Rakyat' dibutuhkan hanya ketika pemilu datang, setelah itu? Tahulah apa jadinya.
Terlepas dari isinya yang sangat menarik untuk ditelusuri bab demi bab, sayangnya masih terdapat sedikit kesalahan ejaan. Ada beberapa typo hingga kata yang tidak dispasi. Meski begitu tak mengurangi esensi dari buku berjudul Men Coblong ini.
Jadi tunggu apa lagi? Yuk baca Men Coblong bikin wawasan kita soal Indonesia makin luas. Walau sambil elus-elus dada bacanya.
***
nb: Kalau kamu pengen punya koleksi buku yang samaan kayak aku, coba deh main ke showcase TikTok-ku @sj.patari, harganya terjangkau kok.
Komentar
Posting Komentar