Menulis nggak hanya soal hobi belaka, tetapi akivitas yang penuh kreativitas. Namun disisi lain, juga bikin kepala penuh dengan berbagai kekhawatiran.
Banyak
penulis—baik pemula maupun yang sudah berpengalaman—sering terjebak dalam
overthinking.
Bagaimana tidak, nggak sedikit yang terus
berputar, mempertanyakan apakah tulisannya cukup bagus, apakah akan disukai
pembaca, atau apakah idenya terlalu biasa.
Kalau
kamu seorang penulis dan sering merasa pikirannya terlalu sibuk sebelum,
selama, atau setelah menulis, wajar saja!
Ini 9 Alasan Penulis sering
Overthinking
![]() |
Freepik.com/ rawpixel.com |
1. Takut Tulisan Nggak Cukup Bagus
Salah
satu alasan penulis sering overthinking adalah merasa bahwa tulisannya belum cukup bagus.
Ada
rasa takut bahwa apa yang ditulis nggak akan memenuhi standar yang diharapkan,
baik oleh diri sendiri maupun pembaca.
Akibatnya,
banyak penulis yang terus-menerus mengedit satu kalimat berulang kali,
menghapus paragraf, atau bahkan nggak jadi menulis sama sekali.
Padahal,
nggak ada tulisan yang sempurna di draft pertama! Solusinya? Tulis dulu, edit
belakangan.
Biarkan
ide mengalir tanpa terlalu banyak membatasi diri sejak awal.
2. Khawatir Tulisan Nggak Diterima Pembaca
Pernah
nggak merasa cemas kalau tulisanmu nggak akan disukai oleh orang lain? Ini juga
salah satu alasan penulis sering overthinking.
Kamu mungkin sering kali
berpikir, "Apakah orang akan suka dengan gaya bahasaku?" atau "Gimana ya kalau pembaca nggak
mengerti maksudku?"
Padahal,
setiap tulisan pasti punya audiensnya sendiri. Nggak semua orang akan suka, dan
itu wajar! Fokuslah menulis dengan autentik.
Selama
kamu menikmati proses menulis, kemungkinan besar ada orang di luar sana yang
akan menyukai tulisanmu juga.
3. Terlalu Perfeksionis
Perfeksionisme
jadi
musuh besar bagi banyak penulis. Rasanya ingin setiap kata yang ditulis
sempurna, ingin setiap paragraf mengalir indah, dan ingin hasil akhirnya tanpa
cela. Masalahnya, perfeksionisme sering kali justru menghambat proses kreatif.
Perfeksionisme
bisa bikin penulis merasa stuck, nggak selesai-selesai, bahkan nggak
berani mempublikasikan tulisannya.
Solusi
terbaik? Belajar menerima bahwa kesempurnaan itu relatif. Lebih baik punya
tulisan yang selesai dan bisa dinikmati orang lain daripada tulisan yang terus
direvisi tanpa akhir.
4. Takut Dianggap Nggak Berbakat
Sebagai
penulis, menerima kritik bagian dari perjalanan. Tapi, ketakutan akan kritik
sering kali jadi alasan penulis sering overthinking.
Pikiran
seperti, "Bagaimana kalau orang menganggap tulisanku jelek?"
atau "Bagaimana kalau ada yang menghina tulisanku?" bisa bikin
kamu
ragu untuk membagikan karya ke publik.
Padahal,
kritik (selama disampaikan dengan baik) bisa membantumu berkembang. Daripada takut,
cobalah melihat kritik sebagai masukan untuk memperbaiki tulisan. Dan kalau ada
kritik yang nggak membangun? Abaikan saja!
5. Merasa Ide yang Dimiliki Terlalu Biasa
Banyak
penulis overthinking karena merasa idenya terlalu klise atau biasa saja.
Mereka berpikir, "Orang pasti sudah sering membaca hal ini"
atau "Tulisanku nggak akan menarik karena idenya sudah pernah dibuat."
Faktanya,
hampir semua ide sudah pernah ditulis oleh orang lain. Tapi yang membuat
tulisanmu unik adalah caramu menceritakannya!
Ingat! Setiap penulis punya
gaya sendiri, sudut pandang sendiri, dan pengalaman sendiri yang bisa membuat
ide lama terasa segar. Jadi, jangan biarkan kekhawatiran ini menghambat
kreativitasmu.
6. Terjebak dalam Research Tanpa Henti
Melakukan
riset itu penting, apalagi kalau tulisanmu membutuhkan data yang kuat. Tapi,
ada juga penulis yang terlalu lama mencari referensi sampai akhirnya nggak
mulai-mulai menulis. Ini alasan penulis sering overthinking yang paling sering
terjadi.
Terlalu
banyak riset bisa bikin kamu ragu dengan apa yang sudah ditulis. Malah makin bingung karena
terlalu banyak informasi. Solusinya?
Tetapkan
batas waktu untuk riset, lalu segera mulai menulis. Kamu selalu bisa
menambahkan detail tambahan saat proses editing nanti.
7. Terlalu Fokus pada Jumlah Kata
Beberapa
penulis merasa tertekan karena harus mencapai jumlah kata tertentu. Misalnya,
"Aku harus menulis 1000 kata agar artikelnya dianggap bagus" atau
"Tulisanku terlalu pendek, pasti nggak menarik."
Padahal,
panjang tulisan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kualitasnya.
Lebih
baik menulis 500 kata yang padat dan menarik daripada 2000 kata yang
bertele-tele. Fokuslah pada isi tulisan, bukan hanya jumlah katanya.
8. Ragu dengan Keunikan Gaya Menulis Sendiri
Sebagai
penulis, kamu
sering bertanya-tanya, "Apakah gayaku terlalu aneh?" atau
"Apakah aku harus menyesuaikan dengan gaya yang lebih umum?"
Padahal,
justru gaya unik itulah yang membuat tulisan kamu berbeda! Jangan takut untuk
menulis dengan cara yang paling nyaman buatmu. Semakin kamu menulis dengan gaya
sendiri, semakin otentik tulisanmu terasa.
9. Takut Gagal dan
Kehabisan Ide
Kekhawatiran
terakhir yang sering muncul yakni takut kehabisan ide atau takut gagal menjadi
penulis sukses. Pikiran seperti, "Bagaimana kalau aku nggak pernah bisa
menulis sesuatu yang benar-benar bagus?" bisa bikin kamu merasa terjebak.
Ingat,
menulis adalah proses. Setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block.
Yang penting tetap menulis, meskipun sedikit demi sedikit.
Semakin
sering kamu menulis, semakin mudah untuk menemukan ide-ide baru dan semakin
percaya diri dengan kemampuanmu.
Daripada terus overthinking,
yuk mulai menulis dengan percaya diri!
Komentar
Posting Komentar