“Di mana ada harapan di situ ada cobaan. Tapi harapan jumlahnya sedikit dan sebagian besarnya abstrak. Sedangkan cobaan begitu banyak dan biasanya konkret”
Kalimat sederhana tapi makna mendalam kekita menelisik perjalanan Aomame dan Tengo untuk saling menemukan di dunia 1Q84
Identitas Buku
Judul : 1Q84 Jilid 3
Penulis : Haruki Murakami
Penerjemah : Ribeka Ota
Penerbit: KPG (Kepustakaan Popular Gramedia), 2013
Halaman : 556 Halaman
Review Buku 1Q84 Book 3 Karya Haruki Murakami
Tak lengkap rasanya bila review buku 1Q84 karya Haruki Murakami tak diselesaikan hingga buku ketiga. Sebab, membaca satu atau dua jilid saja bisa-bisa mati penasaran. Saking serunya sang penulis meramu kisah kompleks berbau metafisik ini sampai nggak mau ku lewatin.
Alur Cerita
Di jilid 1 & 2 kamu hanya menemukan point of view dari Aomame dan Tengo yang memulai kehidupannya masing-masing. Sementara pada 1Q84 jilid ke-3 terdapat point of view dari Ushikawa yang menjawab teka-teki di buku pertama dan kedua.
Selayaknya menuju akhir kisah, Haruki Murakami nampaknya secara gamblang memaparkan kehidupan masing-masing tokoh dan setiap hubungan diantara mereka. Benang kusut mulai terurai, begitulah kira-kira.
Ushikawa – Seorang mantan pengacara yang beralih profesi sebagai detektif swasta. Detektif yang punya penampilan menonjol, kepala besar dan somplak, bola matanya menonjol, kaki pendek dan bengkok.
Tak seperti penampilannya yang buruk rupa, Ushikawa sangat cerdas dalam menyelidiki sesuatu. Sekali berkeinginan mencari sesuatu, ia dengan penuh kegigihan menggali hingga akar-akarnya.
Ushikawa disewa oleh Onda, orang kepercayaan mantan Pemimpin Sakigake yang mati secara mendadak usai mendapat pijatan otot dari Aomame. Para penganut Sakigake ingin mengetahui siapa dalang dibalik kematian pimpinan mereka.
Kecurigaan Ushikawa bermula dari keberadaan Aomame yang tiba-tiba menghilang, ia lantas membuka berbagai kemungkinan skenario keterlibatan Aomame dalam kasus pembunuhan Pemimpin Sakigake.
Kecurigaannya pun berlanjut pada wanita 70-an tahun pemilik rumah di Azabu sekaligus pemimpin Rumah Perlindungan Kekerasan Perempuan. Sayangnya, ia tak menemukan sedikit celah hubungan antar wanita kaya tersebut dengan Aomame.
Baca Juga: Review 1Q84 Karya Haruki Murakami – Jilid 2
Walau demikian, ia berhasil menemukan fakta kematian putri sulung wanita Azabu yang mati bunuh diri akibat KDRT. Tak hanya sampai disitu, informasi seputar wanita Azabu tertutup rapat sehingga menambah kecurigaan terhadap keterlibatan organisasi tersebut dengan kematian pimpinan Sakigake. Yang ia ketahui, wanita Azabu salah satu klien pelatihan Aomame.
Perlahan-lahan menyelidiki, benang kusut mulai terurai hingga ia akhirnya memutuskan untuk memata-matai Tengo. Berdasarkan penyelidikannya, baik Aomame maupun Tengo menempuh jalan masing-masing yang melibatkan mereka dengan kelompok sekte Sakigake. Apalagi keduanya sempat satu sekolah.
Aomame membunuh pimpinan Sakigake karena alasan tertentu, sedangkan Tengo yang terlibat dalam penulisan Kepompong Udara entah bagaimana ikut terseret dalam persoalan tersebut. Untuk membuktikan hipotesisnya, ia lantas bertekad mengintai Tengo untuk menemukan keberadaan Aomame.
Lantas bisakah Ushikawa membuka tabir siapa yang merencanakan pembunuhan itu? Lalu siapakah yang akan menemukan Aomame duluan, Tengo ataukah Ushikawa?
Tengo – Usai mendengar kabar kondisi ayahnya yang sudah hampir seperti orang mati. Tengo memutuskan ke panti jompo di Kota Kucing untuk merawat ayahnya. Ia datang setiap hari untuk bercerita sekaligus membaca buku untuk ayahnya. Menurut dokter, hal itu jadi salah satu cara agar semangat hidup ayahnya bisa kembali.
Namun, dibalik itu semua, alasan utama Tengo datang ke Kota Kucing lantaran melihat Kepompong Udara di kamar inap ayahnya. Secara tak terduga isi kepompong udara tersebut adalah sosok Aomame yang berusia 10 tahun sedang terlelap dalam damai.
Sayangnya, berhari-hari menunggu kepompong udara muncul kembali tetapi nihil. Akhirnya ia kembali ke apartemen-nya di Tokyo dan menjalani rutinitas hariannya. Ia teringat ucapan Fuka-Eri yang menyatakan ‘Orang yang dicari Tengo sangat dekat bahkan bisa dicapai dengan jalan kaki. Dia yang akan menemukan’.
Pikiran Tengo hanya diselimuti pertanyaan keberadaan Aomame. Bisakah ia menemukan Aomame? Ataukah persembunyian Aomame lebih dulu diketahui oleh orang-orang sekte Sakigake?
Aomame –
Usai menyelesaikan tugasnya membinasakan pimpinan Sakigake, ia bersembunyi di
rumah aman yang telah disediakan. Meski begitu, Aomame berencana untuk bunuh
diri sebagaimana transaksinya dengan pimpinan Sakigake.
Sang
pemimpin sekte mengetahui Aomame diperintahkan untuk membinasakannya. Bukannya
menolak, ia justru meminta Aomame segera mengakhiri penderitaannya. Sebagai
gantinya nyawa Tengo tetap selamat sedangkan Aomame harus mengorbankan diri.
Ketika hendak melancarkan aksi bunuh dirinya, Aomame tak sengaja melihat Tengo di sebuah taman dekat tempat persembunyiannya. Namun, saat dihampiri sayangnya Tengo telah menghilang.
Muncullah kerinduan untuk bertemu Tengo, berbulan-bulan bersembunyi dan menunggu Tengo kembali dekat apartemen persembunyiannya.
Baca Juga: Review Buku Dua Sejiwa Karya Hyu, Petualang Spiritual yang Mind Blow
Tak disangka, selama masa persembunyian Aomame tiba-tiba hamil. Padahal dirinya tak pernah berhubungan intim dalam beberapa bulan terakhir ini. Lantas ia berpikir, 'aku merenggut nyawa seorang lelaki dengan tanganku sendiri, lalu hampir bersamaan dengan itu, dalam diriku mulai tumbuh nyawa baru. Apakah itu bagian dari transaksi?' Selain itu, ia juga menduga, anak dalam kandungannya benar anak Tengo, entah bagaimana. Aomame yakin malam ketika ia melancarkan aksinya benih Tengo tertanam dalam dirinya.
Bisakah Aomame bertemu Tengo yang dirindukannya dan
benarkah anak yang dikandungnya anak Teng sebagaimana dugaannya yang lain?
Entah bagaimana di dunia 1Q84 segalanya mungkin terjadi.
My Thought
Setelah membaca novel 1Q84 sampai selesai membuatku belajar makna perjuangan cinta. Walau awalnya agak membingungkan namun setelah ditelusuri lebih dalam novel ini cukup filosofis dengan metafora yang berhasil membuatku kagum.
Apalagi membahas perihal sekte keagamaan yang kala itu memang related dengan kehidupan masyarakat. Bisa dibilang, novel ini salah satu kritikan terhadap kekerasan dalam kehidupan rumah tangga, orang tua yang memaksakan kehendaknya pada anak, prinsip manusia yang kadang memandang dirinya paling benar, hingga harapan untuk menemukan arti kehidupan.
Alur cerita yang runut sehingga setiap pembaca memahami sebab dan akibat suatu fenomena. Setiap sudut pandang karakter yang terbentuk menggambarkan latar belakang kehidupannya sehingga kamu bakal related kenapa karakter A melakukan tindakan A, kenapa si B memutuskan hal tertentu.
Secara pribadi, 1Q84 novel sebuah novel yang nggak boleh kamu lewatkan. Terutama bagi kamu pecinta karya-karya Haruki Murakami.
Selanjutnya ulas buku apa lagi ya? Jangan ragu buat kasih sarannya :)
NB: Buat kamu yang mau punya koleksi buku yang sama, bisa banget mampir ke TikTok ku @sj.patari
Komentar
Posting Komentar